Header Ads

Wisata Gratis Menyaksikan Gedung Tua di Kota Pahlawan (Jl. Tunjungan Surabaya)

Ke Surabaya tidak perlu mengeluarkan uang untuk merasakan liburan asyik.

Jalan Tunjungan Surabaya bisa menjadi solusi bagi para wisatawan dengan kantong tipis.

Di tempat ini, kita bisa menikmati suasana liburan menyenangkan tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun.
Jalan Tunjungan Surabaya merupakan area bersejarah dalam perjuangan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah Belanda.

Satu peristiwa bersejarah yang tercatat dalam perjuangan bangsa Indonesia adalah peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 10 November 1945.


Hotel Yamato yang kini telah berganti nama menjadi Hotel Majapahit beralamat di Jalan Tunjungan Surabaya.

Tidak hanya itu, jalanan ini juga menjadi tempat strategis selama masa pendudukan penjajah, baik Belanda ataupun Jepang.

Buktinya, deretan gedung tua bisa dijumpai dengan mudah di tempat ini.

Jalan Tunjungan Surabaya Sebagai Pusat Komersial di Masa Penjajahan
Jalan Tunjungan Surabaya menjadi pusat terjadinya transaksi jual beli di awal abad ke-20.

Jalanan ini menjadi jalan penghubung antara perumahan yang terletak di bagian selatan dan timur dengan wilayah Surabaya Barat seperti Darmo, Ketabang, Sawahan, ataupun Gubeng.

Sebagai buktinya, terdapat beberapa gedung tua yang dulunya merupakan toko besar di jalan ini.

Salah satu gedung tua tersebut adalah bangunan yang terletak di persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang.

Bangunan tua ini dulu dikenal sebagai toko bangunan bernama Toko Nam.

Selain itu, ada pula beberapa restoran dan toko lain yang bisa dijumpai di sini pada masa lalu.

Toko dan restoran tersebut antara lain adalah restoran Hellendorn yang terletak di pojok Jalan Kenari dan Tunjungan, Gedung Siola yang kini berubah fungsi menjadi Museum Surabaya dulu dikenal sebagai toko serba ada bernama Whiteaway, dan lain-lain.

Jalan Tunjungan Surabaya di Masa Kini
Jalan Tunjungan Surabaya saat ini pun menjadi lokasi sentral. Di tempat ini, berdiri pusat perbelanjaan terbesar dan terpopuler di Surabaya, yakni Tunjungan Plaza.

Selain itu, ada pula Gedung Siola yang sudah dirombak menjadi museum oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Tidak ketinggalan, jembatan penghubung ke Gedung Siola juga dipercantik menjadi jembatan gantung yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau.

Dengan berbagai keindahan tersebut, Jalan Tunjungan Surabaya menjadi lokasi berjalan-jalan yang menarik.

Apalagi, trotoar di jalan ini bebas dari para pedagang kaki lima.

Para pengendara juga tidak diperbolehkan naik ke atas trotoar, karena ada bola penghalang.

Semua itu dilakukan untuk memberikan kenyamanan pada para pejalan kaki.

Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan Pada 11 Agustus 2018
Ribuan warga Kota Surabaya tumplek blek di Jalan Tunjungan Hari Sabtu 11 Agustus 2018. Mereka berdatangan dari penjuru wilayah Kota Surabaya menikmati acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan.
Ya, Pemkot Surabaya tiap tahun menggelar acara ini. Acara yang diikuti 247 stand pelaku usaha kreatif ini seakan jadi wisata altenatif bagi warga. Apalagi aneka jajanan dan live musik tersaji di dalam acara tersebut.
Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB hingga 23.00 WIB ini melibatkan pelaku UKM binaan Pemkot Surabaya dan pengrajin craft.
Di acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan tersedia berbagai macam makanan dan pernak pernik khas Surabaya.
Pemkot Surabaya, ingin meningkatkan destinasi wisata sekaligus perekonomian pelaku UKM serta menghidupkan Jalan Tunjungan.

Per Juli 2018, jumlah pengunjung hampir 100 ribu orang, sedangkan transaksi mencapai Rp 500 juta. 

Kalau ada acara lagi target lebih dari itu tidak yaaa........????





































Thank you for visiting the Nova Yuniarti Blog. Don't forget to leave a comments.