26 Tahun Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya (I'm And My Husband)
My And Ki Paut Anomsari |
Lomba lari yang menawarkan hadiah menggiurkan bernilai puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah kini mulai dilupakan.
Sebut saja lomba lari 10 K yang sempat menjadi magnet kuat bagi para pelari profesional ataupun amatir pada era 1990-an.
loading...
Namun, kini lomba lari yang dikemas dengan kegiatan amal atau charity yang sedang digrandungi masyarakat.
Lomba lari yang dikemas santai belakangan semakin digemari masyarakat.
Sejumlah perusahaan pun menggelar even lomba lari dalam balutan khusus alias tematik.
Tidak sekadar lari, kegiatan lari tematik juga kemudian dikemas bersama kegiatan amal.
Uang pendaftaran dari peserta yang sejatinya harus digunakan untuk membiayai keperluan lomba, dialihkan untuk kegiatan amal.
Sejumlah perusahaan jasa penyelenggara alias event organizer pun banyak bermunculan. Mereka mengemas aneka lomba lari. Salah satunya adalah Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya dan tanpa di pungut biaya.
Di acara 26 Tahun Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya pada hari Minggu 16 Desember Surabaya yang kami ikuti diperkirakan kegiatan ini akan diikuti sekitar 5.000 orang peserta yang 96% di antaranya berasal dari Surabaya.
Sebagian peserta lainnya juga ada yang berasal dari Semarang, Bali bahkan ada peserta tertua usianya 72 tahun dengan kategori 10 km, dan ada yang usia 8 tahun untuk kategori 5 km.
Pelindo Charity Port Run
Pocari Sweat And Banana
Diakhir Finis Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya kami diberikan minuman segar Pocari Sweat dan Banan.
Pocari Sweat (ポカリスエット Pokari Suetto) merupakan salah satu minuman ringan dan minuman olahraga terpopuler di Jepang, diproduksi oleh Otsuka Pharmaceutical Co, Ltd.
Minuman ini pertama kali dijual pada tahun 1980.
Di luar Jepang juga dijual pada daerah Asia Timur, Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Pocari Sweat mempunyai rasa ringan, relatif ringan, tidak berkarbonat dan diiklankan sebagai:
Minuman pengganti ion dalam tubuh.
Memiliki rasa jeruk ringan dengan sedikit sensasi.
Bahan komposisinya adalah:
Air, gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida, kalium klorida, kalsium laktat, magnesium karbonat dan rasa.
Serta dijual dalam bentuk cairan, dapat dalam bentuk aluminium dan botol plastik namun ada juga yang dalam bentuk serbuk.
Sedangkan Banan (Pisang) memiliki banyak fungsi untuk kesehatan dan kecantikan.
Pisang mengandung energi yang tinggi yaitu sekitar 80 kilo kalori.
Mengkonsumsi buah pisang setelah Runing membantu menyuplai energi pada tubuh yang terkuras.
Tokoh Indiana Kuno Ikut Runing Juga?????
Diacara Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya ada peserta yang menggunakan pakaian kalayak Suku Indian.
Berdasarkan sejarah dunia, Suku Indian adalah pemukim pertama Amerika Utara datang dari Asia lebih dari 20.000 tahun lalu.
Karena mengikuti hewan buruan, mereka mengembara melewati Selat Bering (dulu tanah genting, kini pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling barat Benua Amerika).
Lambat laun mereka menetap dan berkembang menjadi berbagai suku.
Berabad-abad mereka membangun masyarakat teratur.
Pada abad ke-16, orang Eropa tiba di Amerika Utara untuk pertama kali.
Karena mengira tiba di India (Asia), mereka secara keliru menyebut penduduk asli itu orang Indian.
Orang Eropa menginginkan tanah.
Karena itu keberadaan penduduk asli terancam.
Kaum Indian lalu bertempur melawan para pemukim baru.
Pada abad ke-19, suku Indian melawan pemerintah Amerika Serikat yang berusaha menggusur mereka.
Lewat perjuangan sengit, kaum Indian dipindahkan ke reservat, daerah khusus buat mereka.
Hingga kini banyak orang Indian masih hidup di sana.
Mendali Runing 5K |
Ikon Kota Surabaya Si Sura Dan Si Buaya
Tidak lupa pula dalam acara Pelindo Charity Run 2018 Tanjung Perak Surabaya menampilkan Ikon Kas Kota Surabaya, yaitu Si Sura dan Si Buaya.
Ternyata, ada kisah legenda looo... kenapa kok Kota Surabaya memiliki ikon Si Sura dan Si Buaya.
Berikut legenda Ikon Kota Surabaya itu:
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya.
Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.
Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus.
Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah.
Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.
Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya.
kata ikan Sura.
Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?
tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!
Baik aku setujui gagasanmu itu!
kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya.
Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai.
Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui.
Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan.
Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua?
Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?
tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja.
Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku.
kata Ikan Hiu Sura.
Apa? Sungai itu ‘kan tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!
Buaya ngotot.
Tidak bisa. Akukan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai.
jawab Ikan Hiu Sura.
Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?
Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!
kata Sura.
Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!
kata Buaya mulai marah.
Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!
Sura tetap tak mau kalah.
Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!
kata Buaya.
Berkelahi lagi, siapa takuuut!
tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi.
Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat.
Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu.
Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan.
Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri.
Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan.
Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya.
Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini.
Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.
Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya.
Sura berarti Berani atau selamat Baya berarti Bahaya, jadi Surabaya berarti berani menghadapi bahaya.
Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.
Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar.
Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok.
Raden Wijaya tidak terima diperlakukan sepereti ini.
Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 November 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.
Thank you for visiting the Nova Yuniarti Blog. Don't forget to leave a comments.
Post a Comment