Header Ads

Cara Mengajarkan Pembinaan Keluarga Sejahtera

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena:
  1. Hubungan darah, 
  2. Hubungan perkawinan, dan/ atau 
  3. Pengangkatan orang lain untuk tergabung dalam satu unit terkecil.
Di kehidupan dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, yaitu:
  1. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk kekeadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
  2. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
  3. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
  4. Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk keuang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.
Ciri-ciri keluarga sejahtera adalah sebagai berikut : 
  1. saling terbuka antar anggota keluarga 
  2. terciptanya rasa saling percaya 
  3. terpenuhinya segala kebutuhan 
  4. adanya saling kerja sama antar keluarga 
  5. adanya keseimbangan dalam memberikan pendidikan untuk bekal didunia dan akhirat 
  6. terciptanya keharmonisan dalam keluarga 
  7. terjalinnya komunikasi yang baik antar keluarga.
Faktor Yang perlu diberikan orang tua kepada anak agar anak mencapai dewasa yang bertanggung jawab moral : 
  1. Aktif melakukan komunikasi dengan anak 
  2. Memberikan teladan 
  3. Melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri 
  4. Mengejar prestasi 
  5. Mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain 
  6. Mampu berpikir 
  7. Kreatif dan penuh inisiatif 
  8. Mampu mengatasi masalah yang dihadapi 
  9. Mampu mengendalikan tindakan-tindakan 
  10. Mampu mempengaruhi lingkungan 
  11. Percaya kepada diri sendiri 
  12. Menghargai keadaan dirinya 
  13. Memperoleh kepuasan dari usahanya 
Selain itu agar anak dapat bertanggung jawab moral, maka orang tua dapat melakukan : 
  1. Biarkan anak-anak membuat pilihan-pilihan masukan sendiri.
  2. Tunjukkan rasa hormat terhadap upaya anak.
  3. Jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan.
  4. Jangan langsung menjawab pertanyaan anak.
  5. Dorong anak-anak menggunakan sesuatu/ bahan dari luar rumah 
  6. Jangan menyirnakan harapan anak.
CARA MENGAJARKAN PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTER
Pembinaan Keluarga Sejahtera Dalam Aspek:
  1. Agama, 
  2. Pendidikan, 
  3. Ekonomi, dan
  4. Sosial, Budaya.
Berikut ini penjelasan dari keempat Aspek Tersebut:
1. Pembinaan Dalam Aspek Agama
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. 

Agama yangmerupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia danmanusia serta lingkungannya. 

Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki danberpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama
2. Pembinaan Dalam Aspek Pendidikan
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting.

Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seoranganak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. 

Tentu saja perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. 

Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. 

Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidupberdampingan dan damai. 

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak.

Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akansulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (sekolah) untuk memperbaikinya.

Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. 

Oleh karena itu, setiap keluarga harus memilkikesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak dirumah.

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. 

Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dll) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dll), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. 

Dengan kata lain, polaasuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
3. Pembinaan Dalam Aspek Ekonomi
Pemerintah mengelompokkan keluarga diIndonesia ke dalam dua tipe: 
  1. Keluarga Pra Sejahtera, dan
  2. Keluarga Sejahtera
1. Keluarga Pra-Sejahtera
Yang kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, danpapan. 

Keluarga pra-sejahtera identik dengan:
  1. Keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, 
  2. Tidak memiliki penghasilan tetap, 
  3. Belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, 
  4. Rentan terhadap penyakit, 
  5. Mempunyai masalah tempat tinggal dan 
  6. Masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. 
2. Keluarga Sejahtera
Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalah sebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. 

Keluarga sejahtera identik dengan:
  1. Keluarga yang anaknya dua atau tiga, 
  2. Mampu menempuh pendidikan secara layak, 
  3. Memiliki penghasilan tetap, 
  4. Sudah menaruhperhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, 
  5. Rentan terhadap penyakit, 
  6. Mempunyai tempat tinggal dan 
  7. Tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
Selama ini konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh pemerintah adalah menangani keluarga pra-sejahtera. 

Hal itu terlihat dari program-program dasar pembinaan keluarga seperti perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan rumah khusus keluarga pra-sejahtera dan sejenisnya Aspek sosial budaya
4. Pembinaan Dalam Aspek Sosial Budaya
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikap sosialnya. 

Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. 

Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yangmenimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
☆☆☆☆☆
Thank you for visiting the Nova Yuniarti Blog. Don't forget to leave a comments.