Wisata Religi Di Masjid Sunan Ampel Surabaya
Masjid adalah bangunan yang sangat di keramatkan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia, karena dalam syariat Islam masjid memiliki dua fungsi utama yaitu:
Pertama, sebagai pusat ibadah sholat, dzikir dan berdoa, sebagai suatu upaya untuk mendekatkan dir kepada Allah secara langsung.
Kedua, sebagai pusat pengembangan ibadah sosial.
Inti dari dua fungsi tersebut adalah:
Bahwa masjid merupakan pusat tempat pembinaan umat islam secara fisik maupun mental.
Dalam sejarah Islam telah tercatat bahwa masjid adalah tempat pertama kali yang diusulkan oleh Rasulullah untuk membangun masyarakat islam.
Pada zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai:
- Tempat ibadah, tempat mensucikan jiwa,
- Tempat membaca dan mengajarkan Al-Qur’an,
- Tempat berkonsultasi dan bersilaturrahmi, tempat bermusyawarah, dan
- Masih banyak lagi fungsi lain masjid pada zaman Rasulullah.
Situasi Di Lingkungan Masjid Ampel
Masjid Ampel didirikan pada tahun 1421 oleh Raden Mohammad Ali Rahmatullah alias Sunan Ampel dengan dibantu kedua sahabat karibnya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, dan para santrinya.
Di atas sebidang tanah di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel) Kecamatan Semampir sekitar 2 kilometer ke arah Timur Jembatan Merah, Sunan Ampel selain mendirikan Masjid Ampel, juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel.
Masjid Ampel didirikan pada tahun 1421 oleh Raden Mohammad Ali Rahmatullah alias Sunan Ampel dengan dibantu kedua sahabat karibnya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, dan para santrinya.
Di atas sebidang tanah di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel) Kecamatan Semampir sekitar 2 kilometer ke arah Timur Jembatan Merah, Sunan Ampel selain mendirikan Masjid Ampel, juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel.
Masjid Sunan Ampel yang dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab Islami.
Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya.
Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya.
Di masjid inilah saat itu sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.
Masjid Ampel berbahan kayu jati yang didatangkan dari beberapa wilayah di Jawa Timur dan diyakini memiiki 'karomah'.
Seperti disebut dalam cerita masyarakat, saat pasukan asing menyerang Surabaya dengan senjata berat dari berbagai arah dan menghancurkan kota Surabaya namun tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada Masjid Ampel bahkan seolah tidak terusik.
Saat ini Masjid Ampel merupakan salah satu daerah tujuan wisata religi di Surabaya. Masjid ini dikelilingi oleh bangunan berarsitektur Eropa, Tiongkok dan Arab.
Disamping kiri halaman masjid Ampel, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininnya untuk penguat janji atau sumpah.
Tepat di belakang Masjid Ampel terdapat kompleks makam Sunan Ampel yang meninggal pada 1481.
Di kawasan ini ada yang menarik yaitu keberadaan Kampung Arab yang sebagian besar ditempati keturunan Arab Yaman dan Cina yang sudah menetap ratusan tahun untuk berdagang.
Suasana kehidupan para pedagang ini nyaris seperti suasana di Makkah.
Adat Kebudayaan Yang Melekat
Saat memasuki bulan Ramadhan, Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari.
Selama Ramadhan, jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang.
Pengunjung akan semakin banyak pada saat ’maleman’ (malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan) dengan jumlah di atas 10 ribu orang, bahkan dapat mencapai 20 ribu orang.
Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, banyak yang datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel.
Bahkan wisman yang datang juga ada yang berasal dari China, Prancis, Belanda, Italia, Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, Jerman, Yunani, Selandia Baru, Korea, dan Jepang.
Umumnya mereka melihat bentuk bangunan masjid Ampel yang dibangun sejak 1421, kemudian mereka juga berziarah ke makam Sunan Ampel.
Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang lahir pada tahun 1401 di Champa.
Ada Tiga pendapat mengenai lokasi Champa ini.
- Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja.
- Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.
- Menurut beberapa riwayat, orang tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati).
Dalam catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong
Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng yang merupakan seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo.
Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng yang merupakan seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo.
Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban.
Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).
Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden Fatah.
Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
Dalam Serat Darmo Gandhul
Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.
Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/ Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/ Asmarakandi).
Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/ Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya.
Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf.
Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar resensi I)
Nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai.
Nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai.
Dia datang ke Majapahit menyusul/ menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit.
Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak Brawijaya VII).
Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak Brawijaya VII).
Dipati Hangrok alias Girindrawardhana alias Prabu Brawijaya VI telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai.
Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga.
Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki.
Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai.
Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading.
Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali.
Putra dari Putri Pasai tersebut wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan.
Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri.
Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri.
Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading.
Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut.
Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam.
Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu.
Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam.
Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus senior/ Undung/ Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang.
Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.
Arsitek Masjid Sunan Ampel
Arsitek Masjid Sunan Ampel
Snouck Hurgronje mengatakan bahwa masjid di Indonesia, kalau di bandingkan dengan masjid di Negara Islam lainya sanngat berbeda.
Di Indonesia masjid merupakan pusat pengaruh agama islam yang lebih besar terhadap kehidupan penduduk secara keseluruhan.
Agama Islam di Indonesia mempunyai corak masjid tersendiri. Kemungkinan pulau jawalah yang merupakan daerah tempat corak ini tumbuh pertama kali.
6 Ciri-ciri masjid tersebut adalah:
- Mempunyai bentuk denah dasar persegi,
- Tidak berdiri di atas tiang seperti langgar di jawa seperti rumah tinggal di Indonesia yang kuno, tajung di daerah sundadan bale di Banten, tetapi berdiri di atas pondasi padat yang agak tinggi,
- Mempunyai atap runcing, yang terdiri dari 2 sampai 5 tingkat yang semakin mengecil ke atas, di sisi barat atau barat laut ada bangunan menonjol untuk mihrob,
- Di bagian depan dan kedua sisinya biasanya terdapat serambi terbuka atau tertutup,
- Halaman sekiitar masjid di kelilingi tembok dan pintu gerbang.
Dari ciri-ciri tersebut masjid di Indonesia masih menggunakan bangunan Jawa Hindu-Buda yang sudah mandapat pengaruh islam dengan bebrapa perubahan, seperti Masjid Sunan Ampel secara apik mengadaptasikan nilai-nilai Islam ke dalam arsitektur Jawa.
Arti dari Falsafah Jawa Tentang Gapura
Gapuro (pintu gerbang), misalnya, yang konon berasal dari kata Arab ghafura yang berarti ampunan, dibangun di area masjid untuk mengingatkan setiap Muslim agar memohon ampunan sebelum memasuki kawasan suci dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lima gapura yang ada di sekelilingnya merefleksikan inti ajaran agama Islam.
Bilangan lima menyimbolkan jumlah rukun Islam.
1. Gapuro Munggah
Di sebelah selatan adalah gapura pertama yang bernama Gapuro Munggah dimana yang dimaksud Munggah berarti naik.
Dinamakan demikian karena gapura ini menyimbolkan rukun Islam yang kelima, yaitu haji.
Dalam tradisi Jawa, orang yang naik haji dikatakan munggah kaji.
2. Gapuro Poso
Masih di sebelah selatan masjid, terdapat gapura kedua yang bernama Gapuro Poso (puasa).
Gapura ini secara implisit mengajarkan umat Muslim menunaikan puasa, baik yang wajib maupun sunnah.
3. Gapura Ngamal
Ada juga, Gapura Ngamal (beramal) yang menyimbolkan pentingnya beramal bagi umat Islam untuk membantu sesama Muslim yang membutuhkan.
4. Gapuro Madep
Di sebelah barat masjid terdapat Gapuro Madep. Madep berarti menghadap, yaitu menghadap ke arah kiblat ketika mendirikan shalat.
5. Gapuro Paneksan
Gapura yang terakhir adalah Gapuro Paneksan (kesaksian), yang berarti kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Cukup menarik apabila melihat posisi masjid di tengah lima gapura, sebagai:
- Pusat ibadah serta simbol kesucian,
- Tempat umat Muslim menyembah,
- Tempat umat Muslim Memuji,
- Tempat umat Muslim Menyucikan, dan
- Tempat umat Muslim Mendekatkan diri kepada Allah.
Kelima gapura yang mengelilingi masjid menegaskan bahwa umat Muslim haruslah melaksanakan rukun Islam Secara sempurna untuk dapat mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.
☆☆☆☆☆
Bagi kalian yang berkunjung di Kota Surabaya, jangan lupa berkunjung ke Masjid Sunan Ampem ya.....!!!!
☆☆☆☆☆
Thank you for visiting the Nova Yuniarti Blog. Don't forget to leave a comments.
Post a Comment