Header Ads

Napak Tilas Eyang Anomsari (Leluhur Ki Paut Anomsari) 04 Agustus 2017

Sanepo Telo Widoro Upas
Cerita tentang Gunung Tugel memang lebih tepat disebut legenda karena kisahnya menjelaskan adanya peninggalan.

Dari legenda ini kita dapat mengambil hikmah bahwa dengki, dendam, dan iri hati dapat menghancurkan diri sendiri, bahkan lebih dari itu.

Sementara itu, kesabaran, keikhlasan, dan kebaikan hati kepada sesama, mendatangkan pahala dan ketenteraman serta kebahagiaan untuk diri sendiri mau pun orang lain.

Tapi, cerita dari legenda tersebut mendapatkan bantahan dari Anak Turun seperti yang diungkapkan Budayawan Waluyo Sejati pengelolah Paguyuban Perkutut Putih.

Kisah antara Kyai Singaprana & Kyi Raga Runting yang menjadi Legenda Dari Gunung Tugel. Dua Saudara Keturunan Raden Brawijaya V yaitu raja terakhir dari Raja Majapahit yang tidak pernah akur hingga Anak Turunnya. Bukan Tidak Akur tentang Urusan Didunia, Melainkan Tantang Pemahaman Makrifatnya.
Waluyo Sejati adalah keturunan dari Mbah Ahmad Thohari Putra Dari Eyang Anomsari yang saat ini Tinggal di Karang No. 788 Pentur Simo, Boyolali Jawa Tengah.
Oleh sebab itu, Keturunan Kyai Singaprana dan Kyi Raga Runting tidak mungkin bersatu.
Tambahnya. 
Untuk mendalami kisah kebenaran yang asli antara Kyai Singaprana dan Kyi Raga Runting, Cukuplah kamu berkaca pada serat Darmogandul dan Noyogenggong. Siapa yang berkuasa, dialah yang dapat membuat cerita sejarah.
Pungkas Waluyo Sejati.

Tapi, Tulisan kali ini tidak mengupas tentang Perseteruan antara Kyai Singaprana dengan Kyi Raga Runting, melainkan tentang Kisah Eyang Anomsari dan Keilmuan Mbah Tohari.
Catatan: 
Konon Eyang Anomsari masih dari keturunan dari Kyai Raga Runting yang masih juga kerabat dari Keraton Surakarta.
Al-Kisah, Karena Ketidak Cocokkannya dengan Keraton SurakartaEyang Anomsari pun meninggalkan Keraton dan mendirikan Padepokan didaerah Pentur Kec. Simo BOYOLALI. Dan diwilayah tersebut masih dihuni oleh Keturunannya hingga sekarang. Tidak banyak atau bahkan tidak ada literatur yang menuliskan Kisah ini. Kisah ini hanya diceritakan secara turun-temurun kepada turunannya dan hanya peninggalan-peninggalan sejarah yang diurus oleh keturunannya sendiri.

Mungkin sebagian pelaku Keilmuan Spiritual mengenal Ilmu Macan Putih yang melegenda sebagai ilmu prabu siliwangi atau ilmu jayabaya.

Waluyo Sejati mengungkapkan:
Eyang Anomsari menguasai ilmu itu dan telah diturunkan secara temurun kepada keturunannya, untuk mendapatkan ilmu itu keturunanya harus mampu menyucikan jiwanya dari nafsu dunia. Dan untuk menguasai ilmu ini, tidak perlu mencari Guru yang Menguasai Ilmu Macan Putih. Legenda tentang Ilmu Macan Putih ini tidak seperti Keilmuan yang beredar di kalangan pelaku Spiritual, dan sebagian dari mereka mengamalkan Ilmu Palsu.

Didalam keilmuan ini, haruslah mencapai Ilmu Makrifat yang tinggi, mungkin inilah cikal bakal keilmuan Islam Laduni Tanah jawa. Ilmu yang didapatkan langsung dari sang pencipta “Maladuni Ilman” yang tidak dapat diajarkan oleh manusia ke manusia.

Kemenangan adalah dimana manusia dapat mengalahkan nafsu Dunia dengan menekankan pada ketenangan batin agar mencapai tingkat spiritual yang tinggi untuk menyatu dengan Alam. Menulis “Alam” dengan bahasa Arab dengan menyatukan “Alif” “Lam” “Mim”.”
Kita ini adalah Ruh Tuhan tapi ini bukan berarti Kita Tuhan, Tuhan melihat dengan Mata kita, Tuhan Mendengar dengan telinga Kita. Oleh sebab itu Tuhan Maha Tahu, karena dirinya lebih dekat dengan urat nadi manusia. Tuhan bersemayam pada batin kita, oleh sebab itu hanya orang yang berimanlah yang mengenal Tuhannya.
Guru hanya mengajarkan tata cara untuk mengenal Tuhanmu dengan menerangkan Syariat-syariat Ajaran Agamamu. Tapi, apakah dengan mengetahui keilmuan Syariat itu kamu sudah mengenal Tuhanmu?
Tidak perlu Kamu belajar hal-hal gaib atau menginginkan keilmuan gaib. Cukuplah kamu mengerti tentang keilmuan gaib itu. Kegaiban itu akan datang disaat kamu membutuhkannya (kepepet), tapi dengan syarat kamu harus mengenal dan dekat dengan Tuhanmu. Belajarlah Keilmuan yang bermanfaat untuk lingkunganmu, itu lebih baik.
Syariat itu aturan yang kaku dan baku, tapi Tuhanmu Maha Bijaksana. Kamu akan mengenal Tuhanmu jika kamu mengetahui bersemayam dimana Tuhanmu. Inilah Sanepoan.

Wejangan yang disampaikan Waluyo Sejati ini mungkin akan dibantah oleh orang-orang yang hanya belajar keilmuan Syariat saja tanpa mengenal sejatinya aturan itu. Orang-orang yang hanya belajar syariat ini cukup mudah dilihat, mereka hanya bicara Ilmu Syariat secara kaku tanpa bisa menjabarkan, hanya ingin di tabayuni tapi tidak pernah bertabayun. 

Mereka dengan mudah bilang itu bid’ah itu munafik. Mengajinya hanya dengan Sistem Akademis dan Ceramah saja tanpa ada Guru Sejati, mereka menganggap apa yang dianggapnya benar adalah benar tanpa mengaji. Keilmuan mereka bagaikan seekor lintah yang menempel di kapal layar.
Tutur Tinular 
Eyang Anomsari/ Ki Anomsari adalah orang yang menyebarkan Agama Islam di daerah Pentur Simo Boyolali Jawa Tengah di abad ke-17.

Tidak banyak cerita dengan beliau, namun di Puncak Tertinggi Pentur merupakan Makam Eyang Anomsari/ Ki Anomsari yang di sebut Makam Badar Angin-Angin.

Masyarakat disana mempercayai bahwa Eyang Anomsari masih ada keturunan dari Eyang Raga Runting karena sebagian besar penduduk disana masih keturunan Eyang Anomsari

Bahakan ada yang meyakini bahwa Eyang Anomsari masih ada keturunan dari Raja Majapahit, Raden Brawijaya V.

Namun, sejarah ini terputus karena tidak adanya catatan resmi tentang siapa lelanjutan sebelum dan sesudah Eyang Raga Runting.

Kisah ini memang tidak pernah ada di buku sejarah, melainkan dari cerita turun-temurun masyarakat setempat.
Pacepat Ki Paut Anomsari:
Yen Koe Sakti Mergo Due Keris, Berarti Seng Sakti Kerismu. Seumpomo Kerismu Ilang, Koe iso opo.
Wong Sakti Tonpo Aji, Kui Sajtine Kamulyang Menungsa Damel Ngenali Sejatine Guru Sejati.
Percaya tidak percaya, itu terserah pembaca menyikapi Tutur Tinular ini dan suatu saat kebenaran pasti terungkap.

Kisah ini di ketahui karena Ki Paut Anomsari masih keturunan Eyang Anomsari.
DATA KELUARGA EYANG ANOMSARI GENERASI AWAL (I, II, III)
Karang, Pentur, Simo, Kab. Boyolali Prov. Jawa Tengah
Data ini diambil dari paguyuban Eyang Anomsari:
1. Nyai Rasiyem Bin Eyang Anomsari
  1. Nyai Suti Binti Rasiyem
  2. Ki Jumadi Binti Rasiyem
  3. Ki Sastra Husni Binti Rasiyem
  4. Ki Harjo Suwondo Binti Nyai Rasiyem
  5. Ki Imam Diharjo Sukri Binti Nyai Rasiyem
  6. Nyai Warti Binti Nyai Rasiyem
3. Ki Hasan Amat (Amir) Bin Eyang Anomsari
  1. Ki Amir Bin Ki Hasan Amat (Amir)
  2. Ki Tarmuji Bin Ki Hasan Amat (Amir)
  3. Nyai Parti Bin Ki Hasan Amat (Amir)
  4. Nyai Muji Bin Ki Hasan Amat (Amir)
4. Ki Romejo Bin Eyang Anomsari
  1. Ki Dahlan Bin Ki Romejo
  2. Nyai Sarti Bin Ki Romejo
  3. Ki Rusyidi Bin Ki Romejo
  4. Nyai Safiyah Bin Ki Romejo
  5. Ki Sajuri Bin Ki Romejo
5. Ki Munamar Bin Eyang Anomsari
  1. Nyai Sukinem Bin Ki Munamar
  2. Nyai Nasri Bin Ki Munamar
  3. Nyai Muslimah Bin Ki Munamar
  4. Nyai Muji Bin Ki Munamar
  5. Ki Pali Bin Ki Munamar
  6. Nyai Tipah Bin Ki Munamar
6. Ki Anwar Bin Eyang Anomsari
  1. Ki Kamat Bin Ki Anwar
  2. Nyai Wasirah Bin Ki Anwar
  3. Ki Warsidi Bin Ki Anwar
  4. Nyai Duriyat Bin Ki Anwar
  5. Ki Kasiran Bin Ki Anwar
  6. Ki Ramelan Bin Ki Anwar
  7. Nyai Siti Bin Ki Anwar
7. Ki Tohari Bin Eyang Anomsari
  1. Ki Rahmat Bin Ki Tohari
  2. Ki Usut Bin Ki Tohari
  3. Nyai Kamtinah Bin Ki Tohari
  4. Ki Sofyan Bin Ki Tohari
  5. Nyai Sukamah Bin Ki Tohari
  6. Nyai Sumiatun Bin Ki Tohari
  7. Nyai Sulaikah Bin Ki Tohari
  8. Ki Supatah Bin Ki Tohari
  9. Nyai Kamali (Supinah) Bin Ki Tohari
  10. Nyai Salbiah Bin Ki Tohari
☆☆☆☆☆
Menyusun kembali hubungan kekeluargaan tersebut adalah sesuatu kegiatan dalam mengamalkan ilmu pengetahuan, kaidah agama, dan hidup bermasyarakat adat timur, disertai beranjang-sana.

Dengana maksud menyelamatkan genetika keturunan dan menyambung ikatan keluarga agar tidak terputus. 

Penulisan ini bukan semata cerita tanpa tujuan akan tetapi mewujutkan manusia sehat rochani dan jasmani, semoga bermanfaat terlepas dari niat/ berpikir negatif/ pengelompokan/ perbedaan agama dan sebagainya.

Banyak Cerita Napak Tilas Eyang Anomsari yang belum terungkap, mungkin kedepannya akan ditemukan Titik terang Siapakah Sebenarnya Eyang Anomsari????

Cerita Tersembunyi dimakam Badar Angin-Angin Desa Pentur Simo Boyolali Jawa Tengah.
Ki Tohari adalah putra ke tujuh Eyang Anomsari. Ki Tohari memiliki 10 orang anak terdiri dari empat putra dan enam putri. Terdiri dari:
1.Rahmad
2.Supinah
3.Sulaikah /sulah
4.Sumiyatun
5.Supatah
6.Sofyan
7.Sukamah
8.Salbiyatun

Kesakralan Keturunan Ke-7 Dari Eyang Anomsari
Angka 7 dalam kebudayaan Jawa memiliki makna tersendiri.

Misalnya istilah pesta 7 hari 7 malam, tingkepan ibu hamil 7 bulan, mitoni pada bulan ke 7 sang bayi, syaratan kembang 7 rupa, mandi di 7 sumur, pusing pun tujuh keliling, maka ada jamu Tujuh Angin, Tujuh Keliling dan tujuh lain sebagainya.

Dalam agama Islam angka 7 ditampilkan dalam surat pertama kitab suci Al Quran, surat Al Fatihah mengandung 7 ayat, thawaf mengelilingi Kabah wajib 7 kali, surga memiliki 7 pintu.

Sidharta Gautama setelah dilahirkan langsung berjalan 7 langkah, mencari pencerahan selama 7 tahun, mengelilingi pohon Bodhi selama 7 kali sebelum duduk bermeditasi di bawah pohon tersebut.

Bintang 7 menjadi merek obat.

7 perusahaan minyak bumi kaliber raksasa dijuluki sebagai The 7 Sisters.

Jumlah hari adalah 7.

Jumlah lubang kodrati pada tubuh manusia lazimnya 7.

Al-Qur'an Dan Angka 7
Angka 7 dalam bahasa jawa berarti pitulungan
Oleh Farhan Masrur,S.Si
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ
Rasulullah SAW bersabda:
Al-Qur’an ini diturunkan atas 7 huruf.
(Shahîh al-Bukhârî, Hadis Nomor 4608).

Kita tidak tahu apa maksud sesungguhnya 7 huruf dalam Hadis di atas. Para ulama berbeda pendapat soal itu.

Ada yang mengatakan 7 huruf itu berarti 7 jenis bacaan atau seni baca Al-Qur’an; ada yang mengatakan 7 huruf itu sekadar angka untuk menunjukkan banyak, jadi tidak menunjuk pada angka yang sesungguhnya.

Yang pasti, 7 huruf tidak mungkin berarti apa yang biasa kita fahami secara harfiah tentang 7 huruf.

Al-Quran jelas menggunakan seluruh huruf Hijaiyah yang berjumlah 28, 29, atau 30 huruf (perbedaan jumlah huruf ini tergantung pada apakah hamzah dan lam-alif dianggap huruf tersediri atau tidak).

Bagaimanapun, tampaknya kita tidak akan menemukan pengertian yang benar-benar memuaskan tentang maksud 7 huruf dalam Hadis di atas.

Yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah angka 7 sering digunakan dalam Al-Qur’an.

Misalnya, Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah SWT menciptakan 7 langit (a.l. QS 41:12 dan QS 65:12).

Di tempat lain dikatakann pula bahwa Allah menciptakan 7 langit bertingkat-tingkat (a.l. QS 67:3 dan QS 71:15).

Ketika melukiskan keutamaan infaq, Al-Qur’an mengibaratkannya dengan sebiji benih yang menumbuhkan 7 bulir atau cabang (QS 2:261). Al-Qur’an juga menyebut 7 laut, 7 hari, 7 malam, dan 7 pintu neraka.

Dalam kisah Nabi Yusuf (QS 12:43, 12:46-48), diceritakan bahwa raja Mesir bermimpi 7 ekor sapi betina gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi betina kurus.

Nabi Yusuf, yang ketika itu sedang dipenjara, menafsirkan mimpi itu dengan baik.

Kata Nabi Yusuf, mimpi itu berarti, Mesir akan mengalami musim panen selama 7 tahun dan akan mengalami masa paceklik selama 7 tahun berikutnya.

Nabi Yusuf menyarankan agar hasil masa panen dihemat sebagai persediaan kebutuhan pada masa paceklik. Sang raja puas dengan tafsir mimpi itu, dan karenanya Nabi Yusuf dibebaskan, bahkan diangkat jadi pejabat tinggi kerajaan.

Begitulah angka 7 telah:
Menyelamatkan bahkan Menaikan posisi sosial-politik Nabi Yusuf di Mesir, di mana dia mula-mula adalah seorang budak.

Di samping angka 7 digunakan secara tersurat seperti contoh-contoh di atas, dalam beberapa bagian Al-Qur’an angka 7 digunakan secara tersirat.

Yang menarik, angka tujuh digunakan secara tersirat justru pada hal-hal sangat penting dan mendasar.

Pertama (Wahyu Pertama)
Pertama, angka 7 digunakan secara tersirat dalam wahyu pertama.

Kita tahu, ayat pertama dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad berbunyi
IQRA' BISMI ROBBIKALLADZI KHALAQ
Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
Sebagai sebuah kalimat, wahyu pertama ini terdiri dari 7 kata (unsur), Yaitu:
(1) iqra’ (bacalah),
(2) bi (dengan),
(3) ismi (nama),
(4) robbi (Tuhan),
(5) ka (mu),
(6) alladzî (yang),
(7) khalaq (menciptakan).
Jadi, sejak wahyu pertama Al-Qur’an secara tersamar sudah menggunakan angka 7.

Kedua (Ku  Fayakun)
Kedua, di dalam Al-Qur’an, proses penciptaan dirumuskan dengan kun fayakûn (“Jadilah, maka ia pun jadi”).

Kun fayakûn bahkan merupakan konsep penciptaan yang sangat dasar, yang menjelaskan proses penciptaan alam semesta baik secara makro maupun mikro pada tingkat metafisis.

Nah, kalimat atau konsep kun fayakûn (“Jadilah, maka jadi”) ini terdiri dari 7 huruf (dalam aksara Arab), yaitu kâf, nûn, fâ’, yâ’, kâf, waw, dan nûn.
Pusaka Keris Pandawa Lima
Ketiga (Dibaca Beruang)
Ketiga, Al-Qur’an menyebut 7 ayat yang dibaca berulang-ulang atau yang paling sering dibaca (as-sab`u-l matsânî).

Menurut para ulama, 7 ayat yang dibaca berulang-ulang itu adalah surat Al-Fatihah, yang memang terdiri dari 7 ayat.

Sudah tentu surat Al-Fatihah.yang dibaca pada setiap raka’at shalat itu merupakan surat yang sangat penting, yang karenanya disebut juga sebagai ibunya Al-Qur’an (umm-u ‘l-Qur’ân).

Nah, sekali lagi, surat pertama dalam Al-Qur’an itu terdiri dari 7 ayat.

Keempat (Kalimat Tauhid)
Keempat, yang tidak kalah penting, atau bahkan lebih penting lagi, kalimat tauhid yang merupakan dasar iman seseorang juga terdiri dari 7 kata, baik dalam bahasa Arab maupun dalam terjemahan Indonesianya.

Kalimat tauhid itu adalah
lâ ilâha illal-Lâh Muhammadur rosûlul-Lâh
Artinya: tiada Tuhan selain Allah, Muhammad rasul Allah.
Perlu ditambahkan lagi beberapa ibadah yang berkaitan dengan angka 7.

Yaitu, thawaf mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali. Sa’i, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwa, dilakukan sebanyak 7 kali.

Di Mina, jama’ah haji melempar tiga jamarat yang merupakan lambang setan itu masing-masing dengan 7 kerikil.

Kalau Allah SWT sering menggunakan angka 7, baik secara eksplisit maupun implisit, maka pastilah penggunaan angka 7 itu bukan kebetulan.

Apalagi angka 7 digunakan dalam hal-hal mendasar seperti kalimat tauhid, surat Al-Fatihah, dan amal-ibadah.

Kalau seseorang seringkali menggunakan pakaian warna hijau, misalnya, apalagi dalam acara-acara penting, maka pastilah itu bukan kebetulan.

Kita bisa menduga bahwa warna hijau adalah warna kesukaannya.

Demikianlah maka kalau Allah sering menggunakan angka 7, kiranya patut kita renungkan bahwa Allah SWT tampaknya menyukai angka 7.

Dalam konteks itulah, kita bisa faham kenapa beberapa tradisi intelektual dan tradisi keagamaan dalam masyarakat Islam dikaitkan dengan angka 7.

Dalam tasawuf, misalnya, kita kenal ajaran martabat 7, dan dalam tradisi doa bersama (tahlilan) untuk orang meninggal dikenal hari ke-7.

Maka, kalau Nabi Muhammad mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam 7 huruf, tampaknya beliau memang tidak bermaksud mengatakan sesuatu dengan maksud yang jelas tentang angka 7 itu.

Yang beliau lakukan adalah menyebut angka yang disukai oleh Allah SWT, dan membiarkan angka tersebut tetap mengandung rahasia ilahi.
☆☆☆☆☆
Islam Kejawen
Adanya sekelompok golongan Islam yang lainya mengatakan Islam Kejawen Adalah ahli bid’ah atau bahkan Ajaran Sesat karena tidak sesuai dengan ajaran Rasul. 

Kita disini bukan mengupas golongan mana yang dimaksud, saya yakin Orang Muslim Indonesia tahu benar golongan mana yang dimaksud. Melainkan kita akan membahas tentang Islam Kejawen yang ada di pulau jawa ini.

Islam Kejawen bukalah sebuah Agama karena Islam Kejawen sebenarnya tetap sama dengan Agama Islam seperti yang pernah dibahas sebelumnya bahwa Islam Kejawen dapat dikatakan termasuk didalam Kultur Kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.

Secara umum agama Islam‎ merupakan agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan artilainnya Agama Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti Seseorang Yang Tunduk Kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) merupakan sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. 

Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana keberadaannya ada sejak orang Jawa (Bahasa Jawa: Wong Jawa, Krama: Tiyang Jawi) itu ada. 

Hal tersebut dapat dilihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama yang dianut pada zamannya. 

Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki laku. 

Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut oleh orang jawa itu sendiri karena filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf Jawa.

Secara umum, ajaran kejawen mengajarkan untuk menjauhi larangan agamanya dan melaksanakan perintah agamanya namun tetap menjaga jatidirinya sebagai orang pribumi, karena ajaran filsafat kejawen memang mendorong untuk taat terhadap tuhannya.

Kejawen tidak memiliki Kitab Suci Namun Agama Islam mempunyai Kitab Suci, tetapi orang Jawa memiliki bahasa sandi yang dilambangkan dan disiratkan dalam semua sendi kehidupannya dan mempercayai ajaran-ajaran Kejawen tertuang di dalamnya tanpa mengalami perubahan sedikitpun karena memiliki pakem (aturan yang dijaga ketat), kesemuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu Tata Krama (Aturan Hidup Yang Luhur) untuk membentuk orang jawa yang hanjawani (memiliki akhlak terpuji).

Sejarah Islam Kejawen ini muncul semenjak Sunan Kalijaga berdakwah di Pulau Jawa dengan menggunakan Adat dan Kebudayaan Jawa yang disesuaikan dengan Agama Islam. Dengan cara ini terbukti ampuh menyebarkan Ajaran Agama Islam di Bumi jawa yang dimana suku jawa terkenal dengan ajaran spiritual yang kental dengan dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa dimana ini juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa, laku olah sepiritualis kejawen yang utama.

Sejak dulu, orang Jawa mengakui keesaan Tuhan sehingga menjadi inti ajaran Kejawen, yaitu mengarahkan insan untuk:
Sangkang Parani Dumadhi yang artinya Dari Mana Datang Dan Kembalinya Hamba Tuhan dan membentuk insan se-iya se-kata dengan Tuhannya yang Manunggaling Kawula Lan Gusti yang artinya Bersatunya Hamba Dan Tuhan.

Dari kemanunggalan itu, ajaran Kejawen memiliki misi sebagai Khalifah Dimuka Bumi Ini berikut:
  1. Mamayu Hayuning Pribadhi (sebagai rahmat bagi diri pribadi)
  2. Mamayu Hayuning Kaluwarga (sebagai rahmat bagi keluarga)
  3. Mamayu Hayuning Sasama (sebagai rahmat bagi sesama manusia)
  4. Mamayu Hayuning Bhuwana (sebagai rahmat bagi alam semesta)
Dari misi tersebut, ketika para wali memperkenalkan Ajaran Agama Islam dimana ajaran Islam sendiri juga mengajarkan Misi Kemanunggalan yang sama dengan Falsafah Jawa, seakan-akan Orang Jawa menemukan sebuah agama yang sesuai dengan apa yang dinanti-nantikan sesui dengan kabar-kabar sastra jawa kuno dahulu.

Dari pemaparan diatas, dapat kita ketahui bahwa Islam Kejawen adalah Sebuah Ajaran Islam yang dimana ajaran tersebut telah menyesuaikan ajaran Islam melalui Filsafah-filsafah Ajaran Kejawen. 

Dimana ajaran filsafah jawa ini dikembangkan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Ajaran Agama Islam dan dengan menggandeng Filsafah Jawa agar masyarakat jawa lebih mengenal Islam lebih jauh dan bisa dikatakan Sunan Kalijaga terbilang paling sukses mengisalam masyarakat jawa ketimbang para wali lainnya.

Orang Islam Kejawen pun memberikan julukan tersendiri untuk Sunan Kalijaga sebagai pembeda dari kedelapan wali lainnya. 

Sunan Kalijaga lebih dikenal oleh orang jawa sebagai WALI IRENG, karena didalam kesehariannya hanya beliaulah yang menggunakan pakaian Kas Jawa ketimbang Kedelapan Wali lainnya yang lebih condong menggunakan Gamis.

Ajaran Islam Kejawen tidak pernah melenceng dari Syariat Islam, bahkan bagi Orang Islam Kejawen percaya akan Ke Esaan Tuhan, bahkan ada yang mengakui bahwa Agama Islam Sudah Ada sejak Zaman Wangsa Sailendra dan Sanjaya dan dimana Islam Waktu itu belumlah sempurna seperti saat ini. 

Karena pada waktu wangsa Sanjaya dan Sailendra Nabi Muhammad belum diangkat menjadi Rasul dan diperkirakan Agama yang di maksud adalah Agama Kapitayan.
Dari sini dapat dipahami bawah Orang Islam Kejawen adalah Orang Islam yang masih menggunakan Filsafah-filsafah jawa dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari sebagai Tatakrama Orang Jawa yang sering menggunakan Sanepan dalam menerapkan suatu ajaran dan pendidikan dimasyarakat jawa dan dimana filsafah ini masih bermakna sesuai Syariat Islam dan tanpa mengubah sedikitpun ajaran Syariat Islam.
☆☆☆☆☆
BERIKUT INI DATA KELUARGA EYANG ANOMSARI GENERASI KE IV-VI DARI KI TOHARI BIN EYANG ANOMSARI
Batu Tempat Eyang Tohari Bersemedi
1. KI RAHMAD BIN KI TOHARI
Rahmad adalah Putra pertama Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
2. NYAI SUPINAH/ KAMTINAH BIN KI TOHARI
Kamtinah adalah Putri ke dua Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
3. NYAI SULAIKAH BIN KI TOHARI
Sulaikah adalah Putri ke tiga Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
Berikut ini adalah Daftar Keturunan Dari Nayi Sulaikah Bin Tohari Bin Eyang Anomsari
1. Sudadi
  1. Dama Novantono (1. Nala Fajarqueena; 2. Faja Lauh Mahfuzh)
  2. Widabdo Ristiono
2. Sutarto
  1. Arie
3. Sarti
  1. Istiawati
  2. Lisa (Artar)
  3. Milla
4. Sutani
  1. Jagad
  2. Dhama Dewantara
5. Surami
  1. Dika
  2. Ina
4. NYAI SUMIATUN BIN KI TOHARI
Sulaikah adalah Putri ke empat Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
Reruntuhan Bangunan Eyang Tohari (Anak Ke-7 Eyang Anom Sari)
5. KI SUPATAH BIN KI TOHARI
Supatah adalah Putra ke lima Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
Berikut ini adalah Daftar Keturunan Dari Ki Supatah Bin Tohari Bin Eyang Anomsari
1. Mulyono
  1. M.gufron rendi kuncoro, 
  2. Erisa nurzulis p, 
  3. Candara.
2. Siti Bastiyah
  1. Zanurido muzayin saputra, 
  2. Qorik maulana putra, 
  3. Meftahul huda.
  4. Qoirul anwar. 
  5. Revan
3. Sumiyati
  1. Winda ayu mayang sari
4. Prihatin dadiyono
  1. Diana setyowati, 
  2. Niken romadon
5. Bejo sumyani
  1. Qirana
6. Waluyo Sejati S.H (Suryono nm kecil)
  1. Anan krisna mukti, 
  2. Meta handayani, 
  3. Tri wulansari.
7. Muhamad Ismanto
  1. Wisnu,  
  2. Ipang
6. NYAI KAMALI BIN KI TOHARI
Kamali adalah Putri ke enam Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
7. KI SYOFIAN BIN KI TOHARI
Syofian adalah Putra ke tujuh Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
8. NYAI SUKAMAH BIN KI TOHARI
Kamtinah adalah Putri ke delapan Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
9. NYAI SALBIAH BIN KI TOHARI
Salbiah adalah Putri ke sembilan Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
10. KI USUT BIN KI TOHARI
Usut adalah Putra ke sepuluh Ki Tohari yang merupakan Putra ke tujuh Eyang Anomsari.
☆☆☆☆☆
Lokasi Diduga Tempat Eyang Tohari Bersemedi
Data Keluarga Diatas Kemungkinan dapat berubah dikarenakan kemungkinan ada tambahan Keluarga baru yang belum terdata.
☆☆☆☆☆
Paguyuban Perkutut Putih Ki Bagus
Waluyo Dan Jaran Kepang Paguyuban Perkutut Putih
Ki Bagus
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang dan Amerika.
Jenis kuda lumping ditanah jawa terdiri dari :
  1. Jaranan Thek Ponorogo
  2. Jaranan Kediri, kediri
  3. Jaranan sentherewe, Tulungagung
  4. Jaranan Turonggo Yakso,Trenggalek
  5. Jaranan Buto, banyuwangi
  6. Jaranan Dor, Jombang
  7. Jaran Sang Hyang, Bali
  8. Jathilan Dipenogoro, Yogya dan Jawa Tengah
  9. Jathilan Hamengkubuwono, Yogya dan Jawa Tengah

Pria yang akrab disapa Waluyo ini membuat kerajinan kuda lumping dan menjualnya melalui laman bernama kibagus.com.
Tujuan awal pembuatan kerajinan Jaran Kepang tersebut adalah untuk mendukung program pemerintah desa untuk membuat desa wisata. Dalam kegiatan desa wisata Wonosemar, sebuah desa dituntut memiliki karakter yang bisa menarik wisatawan. Karakter tersebut harus menonjolkan hal unik seperti kerajinan yang bisa ditawarkan sebagai souvenir.
Kerajinan tersebut dibuka sejak tujuh tahun lalu. Kerajinan tersebut walaupun belum ada tindak lanjut dari pemerintah desa terkait dengan kebijakan tersebut, pria berusia 37 tahun ini masih sekuat tenaga berujuang sendiri untuk mempertahankan muatan lokal yang telah dirintisnya.


loading...

Warga dukuh Karang RT 15 RW 04 ini mengatakan bahwa ia belajar membuat kerajinan jaran kepang sendiri. “Awalnya coba-coba, eh ternyata bisa.” Ungkap Waluyo. Jaran kepang tersebut dibuat dengan motif dan warna yang tidak lepas dari nilai filosofi Jawa.
Warna-warna yang dipilih diantaranya adalah putih, kuning, merah, hitam, dan putih. Kelima warna tersebut merupakan perwakilan dari nafsu manusia yang berarti sedulur papat kiblat limo pancer. Waluyo mengatakan bahwa dalam satu jaran kepang harus memiliki lima warna tersebut sebagai simbol dari manusia. Tetapi, setiap jaran kepang memiliki satu warna dominan untuk mewakili satu nafsu.
Satu anyaman kuda biasa dijual dengan harga seratus lima puluh hingga tujuh ratus ribu rupiah setiap buahnya. Waluyo hanya membuat jika ada yang memesan saja. Pelanggannya justru bukan berasal dari pulau Jawa seperti Pulau Sumatra dan Kalimantan. Satu buah anyaman kuda dapat diselesaikan paling lama satu minggu. Bambu yang dipilih adalah bambu apus yang terkenal lebih lentur, sehingga tidak mudah patah saat dibentuk.

Hasil-hasil karyanya banyak mendapat apresiasi dari masyarakat. Bahkan beberapa media nasional turut hadir untuk meliput kegiatannya. Selain berbisnis, Waluyo juga aktif menggiatkan masyarakat untuk bermain reog dan jaran kepang. Para warga yang antusias telah tergabung menjadi satu dalam Paguyuban Perkutut Putih. Hingga saat ini anggotanya telah mencapai 80 orang.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 8.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.
Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
☆☆☆☆☆
Destinasi Makam Eyang Anomsari (Ki Anomsari)
Photo Ki Paut Anomsari (Canggah Eyang Anomsari)

loading...
Pentur adalah desa di kecamatan Simo, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia, terletak di ujung barat Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, berjarak sekitar 5 KM dari pusat Kota Kecamatan. Satu desa dibagi menjadi 5 Dusun, terdiri dari 6 RW dan 23 RT.
Tangga Menuju Makam Badar Angin-Angin Pentur
Desa Pentur terdiri dari 12 wilayah pedukuhan, diantaranya adalah:
Pintu Gerbang Makam Badar Angin-Angin Pentur
  1. Dukuh Karang, 
  2. Ngroto, 
  3. Pancuran, 
  4. Jati Rejo (Mbete), 
  5. Ringin Anom (Mbasan), 
  6. Tegal Rejo, 
  7. Mberan (Gumuk), 
  8. Rejosari (Gentan), 
  9. Pentur, 
  10. Pule, 
  11. Regunung, dan 
  12. Kedung Puser.
Tangga Menuju Makam Badar Angin-Angin Pentur
Batas Wilayah
  • Sebelah Utara : Desa Gunung
  • Sebelah Timur : Desa Walen
  • Sebelah Selatan : Desa Nglembu
  • Sebelah Barat : Desa Tawang
Desa Pentur memiliki perpustakaan desa Tumpi Readhouse, yang berdiri sejak tanggal 16 Juli 2012. Di perpustakaan ini terdapat 2500 koleksi buku, ratusan koleksi film, berbagai majalah dan buku referensi.
Tangga Menuju Makam Badar Angin-Angin Pentur
Selain sebagai tempat membaca, di perpustakaan ini juga digelar berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti kegiatan pertanian dan kelompok UMKM.
Area Makam Badar Angin-Angin Pentur
Dari sisi ekonomi sebagian besar warga Desa Pentur menjadi petani, baik yang bekerja di sawah maupun ladang, selain itu juga sentra industri kerajinan anyaman bambu yang menjadi mata pencaharian sebagian warganya.
Area Makam Badar Angin-Angin Pentur
Beberapa kesenian hidup di desa ini, berbagai upacara adat seperti bersih desa dengan pagelaran wayang kulit masih dilaksanakan setiap tahunnya, selain itu kesenian reog, musik dan seni lukis juga menjadi nafas kegiatan kesenian di desa ini.
Tempat Semedi Ki Bagus

Makam Eyang Anomsari (Ki Anomsari)
Menurut tutur tinular (kata turun-temurun), nama Pentur berasal dari bahasa Arab fandzur yang artinya:
Melihat  karena letaknya lebih tinggi dari daerah-daerah lain khususnya di simo sehingga dengan jelasnya melihat di daerah sekitarnya.
Batu Nisa Eyang Anomsari Sengaja Diganti Untuk Menghindari Hal-Hal Yang Tidak Diinginkan
Konon yang menyebut fandzur tersebut adalah salah satu wali di tanah jawa yang sangat terkenal yaitu Sunan Kalijogo sumber tokoh masyarakat (Kh. Jumari) Seiring waktu berjalan, terjadi perubahan kata atau penyebutan, fandzur kemudian berubah menjadi Pentur dan pada akhirnya seperti nama desa tersebut saat ini, yaitu PENTUR
Bila diuraikan secara akal atau nalar memang betul bahwa letak geografi desa Pentur perbukitan dan tidak rata, sehingga lebih tinggi dari desa yang lain di kecamatan simo, dan di desa pentur terdapat gunung kecil sebagai hutan konservasi yang saat itu juga dicanangkan keberadaanya sebagai Hutan Konservasi oleh salah satu universitas di kota Bengawan yaitu UNS (Universitas Sebelas Maret) sehingga gunung tersebut diberi nama WONOSEMAR yang  artinya:
  1. Wono  adalah alas (hutan), dan
  2. Semar adalah sebelas maret.
Batu Nisan Nyai Anomsari
Dilihat dari bukit yang lain di samping gunung wono semar terdapat makam kuno, yang mungkin merupakan cikal bakal atau asal usul desa pentur dan makam tersebut letaknya cukup tinggi sehingga makam tersebut diberi nama MAKAM BADAR ANGIN-ANGIN karena seolah-olah diudara karena di ketinggiannya yang ada hanya angin dan disitulah bersemayam Eyang Anomsari/ Ki Anomsari.
Batu Situs Semar
Pada akhirnya desa Pentur yang dengan mengusung nama desa wisata wonosemar (DESWITA WAMOR) dapat diartikan sebagai wilayah yang letaknya agak tinggi namun tetap subur karena ada hutan yang merupakan sumber mata air, tidak lupa kami selalu minta doa restunya semoga diberi kemudahan dan kemakmuran sesuai dengan semangat warga boyolali yaitu:
Boyolali Tersenyum Ijo Royo – Royo.
☆☆☆☆☆
Thank you for visiting the Nova Yuniarti Blog. Don't forget to leave a comments.